CINTA YANG TAK BERUJUNG
Ai, sebut saja namaku Ai. Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta, yang
rata-rata pekerjanya memiliki kepribadian yang sangat bagus. Aku seorang gadis biasa yang saat itu dalam
proses pencarian jati diri. Aku masih belum tahu akan ku bawa kemana kehidupan
ku ini. Aku masih belum tahu seperti apa kehidupan orang dewasa seusia ku. Bahkan
aku pun belum tahu makna cinta yang sesungguhnya. Meskipun seharusnya ku sudah
mulai mengerti tentang cinta dan kehidupan. Tapi kenyataannya, aku masih sangat
kekanak-kanakan, yang masih belum mengerti arti kehidupan. Mungkin karena aku
selama ini selalu menggantungkan semua aspek kehidupan ku pada orang tua
ku. Hal itu terus berlanjut, sampai
akhirnya aku menjalani kisah ini. Kisah yang membuat ku, mengerti apa arti
kehidupan dan apa arti sebuah cinta sejati.
Aku tak tau kapan semua ini berawal.
Bahkan aku pun tak tau kapan aku bertemu
dan berkenalan dengan nya. Yang aku ingat, malam dimana dia mengucapkan
sayang padaku dan disaat dia menjemput ku, sepulangnya aku dari tempat
kakak sepupu ku. Betapa senangnya aku saat itu. Meskipun aku sadar aku dan dia
sudah sama-sama mempunyai jalinan kasih dengan pasangan masing-masing di daerah
lain. Meskipun demikian kami tetap menjalani hubungan ini, walaupun tanpa
status.
Hubungan ku semakin berkembang, itu
karena kami satu profesi, bekerja di tempat yang sama dan hampir setiap hari
kami bertemu. Suatu saat, ku dengar dia
sudah tidak berhubungan dengan kekasihnya lagi. Jujur, ku sangat senang dan
ingin rasanya menjalin hubungan yang serius dengannya. Akhirnya ku putuskan, ku
akan mencari alasan dan mencari
kesempatan untuk mengakhiri hubungan ku dengan kekasih ku ( Ari ). Dan berharap akan mempunyai status dengannya.
Tak membutuhkan waktu yang lama ku benar-benar mendapatkan kesempatan itu. Aku pun mengakhiri hubungan ku dengan kekasih ku.
Kenyataan dalam kehidupan
ternyata tak
seindah khayalan dan prediksi ku. Disaat kami mempunyai moment berdua, yang
seharusnya bisa kami jadikan hari baik tuk menjalin kasih yang berstatus. Dia
membaca pesan-pesan dari mantan kekasih ku ( Ari ), yang masih memanggil ku dengan
sebutan sayank dan akupun melakukan hal yang sama. Mungkin itulah buruknya aku,
aku selalu ingin bersikap baik dan menjalin hubungan baik dengan orang yang
mungkin tidak seharusnya. Dia menganggap
ku berbohong tentang status ku saat itu. Ku sudah berusaha menjelaskannya, tapi
dia tidak sedikitpun mendengarkan dan mempercayai penjelasan ku itu. Mungkin
dia hanya berfikir aku ini seorang pembohong. Ku hanya bisa pasrah dengan semua
itu. Karna aku seorang gadis yang pemalu dan selalu membesarkan rasa gengsi ku. Walaupun
kegengsian ku itu akan membuat ku sengsara aku akan tetap mempertahankan itu.
Aku
terus saja menjalankan kisah yang sama. Mencintai dia tapi tak bisa
memiliki. Mencintai dia, tapi dia tak menganggap cintaku ada. Sampai suatu saat, Dia di terima bekerja di perusahaan lain dengan profesi yang berbeda dengan
ku. Aku
senang karna dia akan mempunyai masa depan yang cerah di profesi barunya itu.
Tapi jauh di lubuk hatiku yang terdalam aku sangat sedih. Karena aku mungkin
tidak akan bertemu dengan orang yang sangat ku cintai. Kesedihan ku tak
berakhir disini, tapi sebaliknya ini adalah awal dari kesedihan-kesedihan ku yang lain.
Waktu terus berjalan, Ku dengar dia
sudah mempunyai kekasih baru bahkan mereka berencana untuk menikah. Dia selalu saja
menceritakan tentang kekasihnya itu pada teman-teman kami meskipun di hadapan
ku. Bahkan dia sering menceritakan tentang hubungan nya padaku. Aku cemburu,
sakit, sedih, terluka, tapi aku tak bisa melakukan apapun. Ku hanya bisa diam dan berharap akan ada mukzijat yang bisa
mempersatukan kami. Aku selalu berharap akan hal itu. Karena meskipun dia sudah
berencana untuk menikah tapi dia selalu menunjukkan rasa sayangnya terhadap ku
dan dia pun selalu mengutarakan kalau
dia menyayangi ku.
Terkadang ku berfikir, apa dia tidak
pernah tahu, kalau dia sudah begitu menyakiti ku. Dia selalu saja mengucapkan
cinta kepada ku tapi berhubungan dengan wanita lain. Dengan keadaan yang terus
seperti itu, Rasa cinta ku berubah menjadi rasa benci. Aku sangat membenci dia,
aku benci disaat dia bilang “ I LOVE U”, aku benci sikap sayangnya padaku, aku
benci perhatian yang dia berikan padaku. Karena rasa benci itu, aku berubah
menjadi orang, yang diriku sendiri pun tak mengenalnya. Sampai akhirnya ku
memutuskan tuk menjalin kembali hubungan ku dengan mantan kekasih ku dan
berniat untuk menyakiti dia, apapun caranya.
“Mungkin lewat temannya”. Yaa…..
itulah cara yang terlintas difikiran ku.
Rizky (temannya, seorang pria yang cukup menarik, lajang, tapi sedikit
angkuh) itulah kesan pertama ku bertemu dengan nya. Ku mulai berfikir,
bagaimana cara mendekatinya dan bagaimana membuat dia jatuh hati padaku. Ku
benar-benar serius ingin melakukan niat buruk ku, ku ingin memanfaatkan Rizky
untuk menyakitinya. Ku berusaha membaca buku dan bertanya pada
teman-teman ku “apa yang harus dilakukan wanita untuk menarik perhatian lelaki ?”
ternyata dari semua jawaban yang ku temukan, fisik lah yang menjadi jawaban
nomer satu. Dan ku mulai berniat untuk merubah penampilanku karna menurut ku
tidak ada point plus dari fisik ku. Jadi ku berniat untuk merubah penampilan ku
yang biasa ini menjadi daya tarik tersendiri. Ternyata….. tanpa ku harus
melakukan perubahan apapun Risky dengan mudahnya masuk kedalam permainan ku.
Dia mulai sering bertanya tentang kepribadian ku, sering mengirim pesan untuk
ku, menghubungi ku bahkan main ke rumah ku. Hubungan ku dengan Risky semakin
dekat sampai akhirnya dia mengungkapkan isi hatinya dan ingin menikahi ku. Ku
mulai sadar kalau ku sudah terlalu jauh melangkah, ku semakin tidak tega tuk
menyakiti Risky. Tpi aku tidak bisa jujur padanya tentang apa yang sebenarnya sudah ku lakukan
padanya, ku hanya terus menarik ulur Risky, tanpa memikirkan bagaimana
perasaannya.
Rasa sakit hati ku lumayan terbalas.
Disaat ku melihat tatapan matanya (orang yang ku benci) di penuhi rasa cemburu, dimalam dimana kami bertemu setelah lama kami
tak bertemu. Dimalam itu Aku meminta Rizky (yang sudah bilang, ingin main ke
rumah ku) untuk ke tempat kerja kami.
Sesuai keinginan ku Risky pun datang, disana kami banyak berbincang
dengan senang. Akupun selalu menunjukan rasa bahagia ku berada didekat Risky. Meskipun sebenarnya ku bahagia,
karena aku bertemu dengannya dan melihat ekspresi cemburunya.
“JANGAN BERMAIN API, KALAU TIDAK
INGIN TERBAKAR” aku tak pernah
menghiraukan pepatah itu. Aku terus bermain api tanpa takut akan terbakar. Aku
terus menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasih ku Ari, berhubungan dengan Risky, berhubungan
dengan teman kerja ku
yang lain, berhubungan dengan teman sekampung ku dan
juga dengan dia. Aku selalu bersikap baik terhadap mereka semua, tanpa
menghiraukan bagaimana perasaan mereka, dan apa yang mereka fikirkan tentang
aku. Aku melakukannya karna aku tidak ingin kehilangan orang-orang yang
mencintai ku, aku juga ingin menjadi orang yang ramah dan tak mau menyakiti
hati orang-orang yang mencintai ku. Tapi ternyata cara ku salah. Mereka
menganggap kebaikan ku dengan memberi harapan kepada mereka. Aku ingin
mengatakan sesungguhnya (bahwa aku tidak menyukai mereka, aku hanya mencintai
dia) tapi aku tidak bisa. Aku takut
kehilangan mereka. Yaaa… kali ini cinta dan kehidupan ku, mengubah aku yang polos
menjadi seorang wanita yang egois. Itulah aku saat itu…..
Hati ku mulai berkecamuk…. Karena itu bukan aku yang aku kenal. Aku tau ini salah, dan aku
yakin aku akan mendapatkan ganjaran dari apa yang telah ku perbuat. Mungkin
inilah awal dari terbakarnya aku. Aku mulai bingung bagaimana cara tuk
mengakhiri semua ini. Tapi aku sungguh-sungguh berniat tuk mengakhiri semuanya. Aku ingin
kembali ke diriku yang dulu. Banyak cara yang terfikir oleh ku, dan akhirnya ku
memutuskan tuk melaksanakan cara yang terbaik tuk menyudahi semuanya.
Langkah pertama yang ku lakukan. Ku
menceritakan semua yang kulakukan disini pada kekasih ku, dan aku meminta putus. Dan sesuai keinginan
ku kami pun putus. Tapi satu hal yang tidak bisa ku terima, ternyata kekasihku
itu melakukan hal yang sama “SELINGKUH”. Dan mulai saat itu aku nggak percaya
terhadap kesetiaan dan hubungan jarak jauh.
Langkah kedua, ku bilang sama Tamin
(teman kerja ku
sekaligus temannya juga) kalau aku tidak bisa menjalin hubungan serius
dengannya, karena aku tidak suka menjalin hubungan dengan teman yang seprofesi
dan satu tempat kerja. Tamin pun menerima itu, dan akhirnya kami menjalin
hubungan yang sangat baik, kami bersahabat sampai sekarang.
Langkah ketiga, ku bilang tentang
bagaimana perasaan ku terhadap TRi (teman sekampung ku). Ku meminta dia untuk
tidak menghubungi ku lagi, jika dia terus berharap. Dan aku juga bilang TRi
boleh menghubungi ku lagi, jika dia sudah bisa menerima keadaan itu, dan dia
mulai menganggapku sebagai teman biasa.
Semua langkah berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan apa yang ku harapkan. Akupun akan melanjutkan langkah
terakhir ku. Tpi ternyata langkah
terakhir ku tak berjalan dengan lancar. Dan itu artinya
kehidupan ini tak berpihak kepada ku. Langkah terakhir yang kan ku lakukan adalah menyudahi
hubungan ku dengan Risky. Tapi semua tak sesuai dengan rencana ku. Setelah ku
menolak untuk menikah dengannya. Risky bisa terima, tetapi Risky meminta supaya
kami terus menjalin hubungan baik. Tentuuu….. ku kan melakukannya, karna biar
bagaimanapun aku cukup menyayangi Risky, meskipun tidak mencintainya. Risky
banyak memberikan support, memberitahukan pelajaran-pelajaran hidup, dan banyak
hal yang tidak pernah ku dapatkan dari siapapun. Risky benar-benar menyayangi
ku dengan tulus, akupun begitu. Mulai sejak itu kami saling ketergantungan satu
sama lain. Dan akhirnya kami memutuskan untuk berkomitmen untuk berhubungan
selayaknya kakak dan adik. Risky selalu memanggil ku
dengan sebutan “DE” dan akupun memanggilnya dengan sebutan “KK”. Setelah
beberapa lama hal itu berjalan, ternyata KK sudah menikah, aku sama sekali
tidak mengetahui hal itu. Justru aku mendengarnya dri teman-teman ku. Aku benar-benar
terkejut, kenapa KK tidak pernah cerita padaku. padahal dimalam
pernikahannyapun KK masih menelpon ku. Yang lebih mengejutkan KK menikah dengan
kakak nya (orang yang selalu ku cintai sekaligus ku benci). Aku bener-bener shock
pada saat itu, ternyata KK ku adalah kekasih dari kakak nya. Huuuuuffftttt…..
apa jadinya kalau saat itu ku menerima ajakan menikah KK. Aku pasti akan
menyesal sekali, karena mungkin aku akan menyakiti hati orang yang ku cintai.
Yaaa….. tetapi aku merasa bahagia dan beruntung, atas pernikahan KK ku itu.
Kisah ku terus berlanjut dengan KK dan menurutnya istrinyapun mengetahui akan
hal itu.
Waktupun terus bergulir, dan kisah ku
pun terus berlanjut. Pada saat semua teman ku berkumpul untuk mengerjakan tugas. Sperti biasanya
dia membuka Hand Phone ku dan membaca
semua pesan masuk ku. Tentu saja dia membaca pesan masuk ku dari KK. Saat itu
dia bilang, “kayanya ku kenal nomer ini” ku jawab “ nomer yang mana..?” dia
jawab “KK”. Saat itu ku bersifat biasa saja, karena ku merasa tidak melakukan
kesalahan. Sampai akhirnya dia marah, dengan intonasi bicaranya yang tinggi dia
sedikit berteriak di depan teman-temanku “kamu tau… dia manggil istrinya dengan
sebutan apa….!!!!” Ku tak bisa menjawab apapun. Seketika hatiku terasa sangat
sakit. Sampai dia menjawabnya sendiri “DE…. Dan kakak ku memanggilnya KK” aku
sangat sedih melihat tatapan matanya yang penuh emosi. Seolah-olah aku terdakwa
yang harus di hukum mati. Aku malu didepan temanku dia melakukan itu padaku.
Tapi aku tak bisa membantah apapun, karena aku yakin sepatah kata saja ku
ucapkan, ku yakin airmata ku tak kan terbendung lagi. Ku hanya diam sambil
terus berusaha menyelesaikan pekerjaan ku, meskipun ku tahu ku sudah tidak focus
untuk menyelesaikananya. Sementara dia terus bercerita ke Sari (teman kami yang
mendengar perkataannya tadi), dia bercerita berdasarkan persepsinya. Ku tak
tahan lagi, disaat ku yakin bisa menahan airmata ku, ku mulai menyangkal
semuanya. Akupun bercerita tentang
keadaan sebenarnya. Ku juga bilang “ mana aku tau Risky memanggil apa terhadap
istrinya “. Tapi tetap saja dia tidak mau mengerti, dia terus menyalahkan ku.
Sampai akhirnya ku menyerah dan berkata “ terserah kamu mau berfikir apa…”
akhirnya Sari menengahi kami, Sari sebagai teman yang usianya jauh lebih dewasa
dari kami menasehati kami banyak hal. Percekcokan kami terus berlanjut sampai aku pulang kerumah. Dia terus
menelpon ku dan terus menyalahkan ku. Tapi dari semua tudingan-tudingan nya terhadapku
terbersit makna yang lain. Dia meminta untuk kami bicara bertiga, aku, Risky dan dia. Untuk
menyelesaikan masalah, ku kan mewujudkan itu. Akhirnya ku
menghubungi KK dan menceritakan apa yang terjadi, bukan hanya itu, akupun
menceritakan bagaimana hubungan ku sebenarnya dengan dia (adik iparnya). Besok, tepatnya hari minggu kami akan
bertemu. seharusnya masalah itu sudah cukup bisa dianggap selesai sampai
disitu. Tpi dia terus menelpon dan memarahi ku. Tetapi yang membuat ku sedikit
bingung, yang dia bicarakan justru bukan masalah itu, dia mengungkit-ungkit
kisah kami. Dia bilang dia pernah ingin serius dengan ku, tpi ternyata ku
bohong, ku masih berhubungan dengan mantan ku. Mungkin yang dia maksud adalah
moment disaat kmi pergi berdua dan dia membaca pesan masuk dan terkirim ku. Aku
benar-benar bingung. Dan aku juga berfikir sebenarnya apa yg dia permasalahkan
hubungan ku dengan Risky sebagai kakak iparnya, atau hubungannya dengan ku…. Aku ingin menyudahi semua
tudingan-tudingannya yang selalu menyalahkan ku. Akhirnya Ku bicara “ok… begini
kalau masalah ku dengan Risky, ini masalah yang sepele, ini hanya
misunderstanding, besokpun semuanya akan selesai. Dan masalah kebohongan yg kmu
tudingkan itu, aku sama sekali gak berbohong, saat itu aku memang sudah
benar-benar putus dengan nya. Dan sekarang apa yang kamu mau…” tanpa
memperdulikan gengsi ku lagi ku bertanya padanya “ apa kamu masih mau bersama
ku….? Apa kamu masih mau mencintai ku….?” Dia menjawab “ aku mencintai
kamu, tapi sekarang aku tidak bisa
meninggalkannya” batapa sakitnya hati ku saat mendengar jawabannya, sudah cukup
ku sakit karna semua tuduhan-tuduhan kasarnya yang seolah memfonis ku sebagai
wanita jahat yg mengganggu rumah tangga kakaknya, dan juga memfonis ku sebagai
seorang pembohong, ditambah jawabanya yang seolah aku bukan pilihan yang baik
untuknya. Dan setelah itu ku langsung menutup telponnya, dan mulai merenungi
nasib ku yang sperti ini. Ku begitu mencintainya tapi apa balasan yang ku dapat
darinya…… rasa benci ku semakin bertambah padanya. Tapi jujur aku tetap
mencintainya.
Minggu pun tiba, aku, Risky dan dia
berkumpul di tempat Sari. Kami berusaha untuk menyelasaikan masalah, yang
sebenarnya dan seharusnya sudah selesai. Kami banyak berdebat tentang
argument-argument yang kami simpulkan sendiri. Terutama dia,, dia juga seolah
mempermasalahkan tentang hubungan ku dengan orang lain via handphone. Akhirnya masalah Risky terselesaikan dengan
perginya Risky untuk menjemput istrinya. Tapi kami bertiga masih saja
berdiskusi tentang hal-hal itu. Seperti yang ku bilang dia mempermasalahkan
hubungan ku melalui HP. Emosi ku pun mulai tak terkendali dan terbawa oleh suasana.
Dengan spontan Ku mematikan handphone ku, membuka tutupnya, mengambil
baterainya dan membuang kartu ku dan berkata “puas…”. Ku sama sekali tak
berfikir apa dampak yang kan ku dapat dari emosi ku itu. Akhirnya suasana mulai
terkendali lagi, kamipun berpamitan pulang. Selama di jalan menuju ke rumah ku,
kami hanya saling terdiam, sampai akhirnya dia berkata “ mau ku anterin beli
kartu perdana gak…?” seketika ku
menjawab “ ya udah, anterin” sepanjang jalan aku dan dia saling bercanda,
seolah tak pernah ada kejadian apapun. Setelah sampai di rumah. Ku mulai sadar.
Kalau semua nomer telfon teman-teman dan saudaraku tersimpan di SIM CARD.
Huuuufffttt….. betapa menyesalnya aku, karena emosi sesaat ku, ku kehilangan
semua teman baik ku yang tak bisa ku jumpai, tanpa berkomunikasi terlebih
dahulu. Ku benar-benar kehilangan semua teman-teman terbaik ku.
Hari berganti hari bahkan bulanpun
sudah turut berganti, kehidupan ku pun juga berganti. Ku benar benar membuka
lembaran baru hidup ku tanpa ada seorang temanpun disisi ku. Ku hanya di temani
oleh diary ku yang selalu setia mendengarkan keluh kesah ku tanpa bisa
berkomentar apapun ataupun meberikan masukan-masukan yang bisa memperbaiki
kehidupan ku. Kehidupan ku benar-benar hampa. Dan selama itu pula ku tidak berhubungan
dengannya. Hanya bisa melihatnya saja. Walaupun begitu aku sudah cukup bahagia.
Suatu saat, dia meminta nomer telepon
ku, dengan senang hati ku memberikan nomer telepon ku padanya. Dan mulai saat
itulah kami mulai berhubungan kembali. Ku kira ku sudah bisa melupakannya, ku
kira ku sudah tidak mencintainya. Tapi ternyata semua salah. Meskipun kami
sudah lama tidak berhubungan. Tapi perasaan ku terhadapnya masih sama. Aku
benar-benar mencintainya. Meskipun ku tau dia tidak mencintaiku, mungkin dia hanya
mempermainkan ku. Tpi aku tidak perduli tentang hal itu, aku tetap
mencintainya. Yaaa….. begithulah rasa cinta ku terhadapnya.
“LIFE MUST GO ON” ku selalu teringat
akan slogan itu. Aku gak boleh diam di tempat. Aku harus melakukan suatu hal
untuk masa depan ku. Salah satunya ku sudah harus mulai berfikir untuk menikah.
Dan hal konyol yang selalu terlintas dalam fikiran ku, ada mukjizat yang akan
mempersatukan aku dengan dirinya dalam ikatan pernikahan. Tapi itu hanya
khayalan. Khayalan tidak akan mungkin terjadi. Karena kenyataannya sekarang,
rencana pernikahan mereka sudah mulai didepan mata dan tak akan mungkin batal.
Disaat itu juga ku mulai berfikir untuk menjalin komitmen serius dengan lelaki
lain, dan tak harus ada cinta. Karena mungkin cinta akan tumbuh dengan
sendirinya.
Keputusan ku jatuh pada satu orang.
MAS…. Ku selalu memanggilnya dengan sebutan itu. Dia berasal dari keluarga
sederhana, tpi dia mempunyai keinginan besar untuk membuat dia dan keluarganya
sukses, pengetahuan agama dia dan keluarganya sangat bagus. Dia juga sangat mencintai ku
dan alasan utama ku memilihnya karena dia seorang PNS di perusahaan Negara yang
sangat ternama. Ku berfikir kehidupan ku dan anak-anakku nantinya akan terjamin jika ku menikah dengannya. Ku sudah
tidak lagi memperdulikan adanya cinta, karena seperti yang tadi sudah ku
bilang, cinta akan tumbuh dengan sendirinya jika kita sudah terbiasa dengannya.
Lagipula aku sudah pernah merasakan cinta, dan itu hanya membuat ku menderita
bukan bahagia. Sampai akhirnya ku mulai menjalin hubungan serius dengan Mas. Hubungan
kami terus berlanjut, kebohongan ku pun terus berlanjut. Ku
selalu berpura-pura klo ku sangat mencintai Mas. Kebohongan ku terus berlanjut
seiring dengan kenyataan klo aku masih tetap mencintai dia. Rencana pernikahan dia
pun sudah semakin dekat, begitupun rencana pernikahan ku. Semakin dekat bulan
juli, semakin penat yang ku rasakan. Aku tidak sanggup, aku tidak sanggup untuk
meneruskan kebohongan ku, dan akupun tidak sanggup melanjutkan hubungan ku
dengan Mas yang terlalu possessive. Aku tidak mau kalau aku selalu diawasinya.
Kemanapun ku pergi dia selalu ingin mengantar dan menjemput ku. Apapun yang ku
lakukan dia selalu ingin tau. Aku butuh waktu untuk tidak selalu bersamanya.
Rasa cintanya yang berlebihan, semakin mengikat ku. Dan aku tak suka itu. Ku
mulai berfikir, apa aku bisa hidup bersamanya…. Apa suatu saat nanti aku bisa
mencintainya…. Sementara kenyataannya
semakin penat yang ku rasakan. Mungkin aku tidak bisa. 21 april, tepat dihari ulang tahunnya ku
memutuskannya tanpa alasan yang jelas. Ku tidak memperdulikan
permohonan-permohonananya. Mas memohon padaku seperti seorang babu rendahan
memohon kepada majikannya. Tapi aku sama sekali tidak memperdulikannya. Yaaa….
Sejahat itulah aku pada saat itu. dan
Saat itu ku sama sekali tidak ingat kalau hari itu adalah hari ulang
tahun Mas. Wajar saja kalau dia begitu membenci ku. Bahkan dia mulai memberi
terror dan ancaman-ancaman yang tak ku pungkiri membuat ku sangat takut. Dia
selalu mengancam untuk menyakitiku, menyumpahi ku dan berjanji akan melakukan
hal yang akan membuat ku menyesal telah menyakitinya. Aku sama sekali tidak
merasakan sakit karena putus cinta, aku tidak bersedih bahkan akupun tidak
menyesal. Mungkin ini semua karena aku tidak mencintainya.
Setelah semua kejadian ini, aku mulai
susah untuk membuka hatiku. Aku mulai trauma dengan yang namanya cinta. Antara
mencintai ataupun dicintai, tak ada satupun yang membuat ku benar-benar bahagia.
Memang terkadang ku sedikit bahagia
tetapi hanya sebuah kebahagiaan yang semu. Apapun itu, ku sudah tak perduli
dengan yang namanya cinta. Ku mulai pasrah akan apa yang ditakdirkan oleh allah.
Perasaan ku mulai tenang tanpa ada
yang namanya
CINTA. Ku bahagia dengan kehidupan ku sekarang ini. Bebas melakukan apapun dan
dengan siapapun. Tapi semua tak berjalan lama, hati ku kembali terusik dengan
kabar pernikahannya. Aku berusaha tuk tak memikirkannya, tetapi hal itu selalu
terlintas dipikiran ku. Akhirnya harapan ku musnah, seiring dengan adanya surat
undangan pernikahannya. ternyata kehidupan memang tak berpihak padaku…. Ku benar-benar
kalut, penat, saat melihat surat undangan itu diatas meja kantor ku. Terasa
hanya ada aku dan undangan itu dikantor, sepi, sunyi senyap yang ku rasakan. Ku
serasa tak mempunyai sedikit tenagapun untuk menarik nafas ku. Ku berharap saat
itu ku mempunyai banyak tenaga untuk berteriak.
“Hhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………………” tapi ku sama sekali tak mempunyai tenaga
untuk itu. Tapi tiba-tiba ku tersadar dengan banyaknya suara yang berkata “
sabar…….” Ternyata ku tak sendiri, banyak teman-teman yang sedang menggoda dan
mengganggu ku. Mereka semua terus mengganggu ku dengan perkataan-perkataan yang
seolah mereka mengetahui perasaan ku saat itu. Ku bersyukur, ternyata allah
masih memberikan tenaga untuk ku tersenyum dan menyangkal perkataan-perkataan
mereka. Tapi kenapa waktu berjalan
sangat lama…… ku sudah tak sanggup tuk mengelak dan tersenyum lagi. Aku sudah
benar-benar akan tumbang. Ku mohon hentikan semuanya…… ku sudah tak sanggup
menahannya…….
Satu minggu ini terasa sangat
panjang. Dan aku sudah mulai terbiasa
dengan perkataan “ jangan nangis buuu….”. perkataan itu selalu dikeluarkan oleh teman-teman
ku yang menganggap aku adalah mantan kekasihnya. akupun sudah mulai tegar dan
bersiap untuk datangnya hari itu. hari dimana ku harus melihat orang yang
sangat ku cintai bersanding dengan wanita lain dipelaminan. Mungkin inilah
akhir dari cinta ku.
Ku harus bisa menerima takdir ini. Aku selalu berkata dalam hatiku sendiri “aku
bisa, aku bisa, aku bisa, ya…. Aku pasti
bisa.”
Hari yang ku tunggupun tiba. Aku
sudah mempersiapkan diriku untuk menghadapi hari itu. Ku bersiap untuk menuju
tempat kerja ku, karna ada rapat yang harus ku hadiri sebelum ku menghadiri
acara pernikahannya. Sesampainya ditempat kerja ku, ku disambut dengan godaan-godaan
teman-teman ku. Semuanya bisa ku terima karena ku sudah memprediksi hal ini
sebelumnya. Senyum ceria ku terus berkembang dari awal rapat sampai rapat
berakhir. Selama perjalanan menuju tempat resepsinya, aku terus bercanda gurau
dengan teman ku, senyum ku terus saja merekah di wajah ku. Begitu sampai di
depan gedung resepsi, tiba-tiba suasana hati ku berubah, ku menghela nafas
panjang seolah ingin mengisi cadangan nafas ku, jika nanti ku tak mempunyai
tenaga untuk bernafas lagi. Ku berjalan kearah gedung dengan senyuman terbaik
ku. Tapi apa yang dilakukan teman-teman ku, mereka semua tak bicara sepatah
katapun, aku tidak mengaharapkan itu, ku berharap mereka terus menggoda ku,
agar aku bisa terus tersenyum. Ku terus berjalan kearah meja tamu, menulis nama
dan alamat ku. Ku masih sanggup
melakukannya. Tapi…. Setelah pandangan
ku kearah depan… ku mulai tak sanggup lagi tuk bernafas, ku tak punya tenaga
untuk melakukan apapun, tak ada sedikitpun tenaga yang tersisa dalam tubuh ku,
sekujur tubuh ku terasa dingin dan ringan, seolah tak ada sehelai benangpun
yang tersangkut dalam tubuh ku. Aku benar-benar tak tau apa yang terjadi pada
tubuh ku. Ku merasa tak ada siapapun di gedung itu. Semua terasa kosong dan
gelap. Yang terlihat oleh ku hanya dia yang sedang bersanding dengan istrinya.
Ya…. Istrinya…. Sakit rasanya…. Hancur…. Terluka…. Aku sangat membencinya…..
kenapa dia harus selalu mengucapkan cinta padaku… jika kenyataannya dia lebih
mencintai istrinya. aku sangat
membencinya….
Tiba-tiba ada sentuhan hangat, yang
menyentuh tangan ku. Sentuhan itu menyadarkan ku dari kesedihanku. Perlahan
tatapan ku ku alihkan kepada sipemilik sentuhan hangat itu. Ternyata Sari lah
sipemilik sentuhan itu, dia menatap mata
ku, dengan tatapan yang penuh makna, seolah ingin menguatkan ku. Rasanya ku
ingin menangis dipelukannya, tapi tak mungkin ku lakukan itu. Ku hanya bisa
menggenggam tangannya erat-erat, seolah ku ingin meminta perlindungan darinya.
Akhirnya dia berkata, “ kmu pasti bisa” akupun hanya mampu tersenyum. Ku
berjalan menuju sepasang pengantin yang sedang berbahagia itu, dengan sejuta
beban yang ada dipundakku. Ku berusaha kuat, dan aku yakin aku pasti kuat. Ku
melihat di kanan kiri ku, banyak photo-photo mereka, kata-kata mutiara yang
pasti mereka buat dengan penuh rasa cinta. Hiasan-hiasan itu seolah mencambukku
dengan sangat kerasnya, sehingga membuat ku tak sanggup berjalan lagi. Sampai
akhirnya ku mulai berjabat tangan dengan si pengantin lelaki yang berkata “
terima kasih ya bu..” haaahhhh…..
kata-kata yang sangat manis. Sehingga membuat ku teriris. Air mata ku mulai tak
terbendung disaat ku turun dari pelaminan dan mendengar teman ku berkata “
nangiiiisss….!!!!!”. aku sungguh-sungguh tak tahu bagaimana cara menahan
airmata ku lagi…. Akhirnya Tanpa menghiraukan mreka lagi ku mulai mengambil
hidangan yang disajikan. Ku langsung melahapnya dengan harapan ku bisa menelan
semua kesedihan ini bersamaan dengan tertelannya hidangan itu….. setelah itu ku
mulai tak sadar dengan apa yg kulakukan, Aku sama sekali tak mengingat apapun.
Sampai akhirnya ku sudah berada di tepi laut. Dan meluapkan semua kesedihan
ku. Ku menangis, berteriak, meluapkan semuanya…. Ku berharap, tak ada lagi
kehidupan setelah ini. Ingin rasanya ku tenggelam di laut itu, ku ingin
tenggelam bersama dengan cinta ku ini. Sampai
akhirnya ku sadar ku dilahirkan dan dibesarkan bukan untuk menjadi seorang
wanita bodoh. Ini hanyalah ending dari cinta ku bersamanya.
v END v
Ternyata pernikahannya bukan lah ending dari kisah ku dengannya. Ternyata ini
bukan pula ending dari cinta ku padanya. aku tak mengerti diriku sendiri.
Mungkin ini yang disebut dengan cinta. Banyak sekali yang mengatakan “cinta itu
buta”, “cinta tak mengenal logika”,
“cinta bisa membuat orang bahagia”,
“cinta itu indah”, tapi terkadang
”cinta juga menyakitkan”. Ya… itulah cinta satu kata berjuta makna. Dan
inilah yang kurasakan padanya. Aku tak
tahu apa yang membuatku begitu mencintainya, aku tak bisa sedikitpun
membencinya, apapun yang dia lakukan terhadap ku aku tetap mencintainya.
Bahkan aku tak bisa menerima satu
lelakipun untuk memiliki hati ku.
Mencintai ternyata tak semudah
seperti yang ku bayangkan. Ku harus rela membiarkan orang yang ku cintai
bahagai dengan wanita lain. Ku harus selalu mendengarnya bercerita tentang
istrinya, ku harus selalu siap melihat, mendengar hal-hal yang selalu menyulut
api cemburu ku. Aku harus menahan rasa cemburu ku, jika dia sudah mulai
menyinggung tentang istrinya, rumahnya, saudaranya atau apapun itu yang
berhubungan dengan kehidupan keluarganya. seharusnya ku tak cemburu karena aku tak
berhak untuk cemburu. Tapi tak apalah… ku rela tuk melakukan dan merasakan
apapun, asalkan dia bahagia.
Seperti yang ku bilang cinta ku tak
berakhir dan mungkin tak kan pernah berakhir. Ku begitu mencintainya lebih dari
apapun. Tapi ternyata cinta ku tak bertepuk sebelah tangan. Dulu aku selalu
meragukan cintanya, aku tak pernah percaya pada cintanya. Tapi sekarang dengan
banyaknya bukti yang ku lihat dan ku rasakan, aku mulai mempercayainya. Tapi terlambat,
semuanya sudah terlambat. Aku akan melakukan kesalahan dan mungkin aku akan
menjadi orang yang sangat jahat dan dipandang hina jika aku terus memupuk rasa
ini dan terus berhubungan dengannya. Jika aku terus melakukan itu, bukan hanya
aku yang akan menjadi sampah masyarakat, tetapi mungkin dia juga. Jika itu
hanya terjadi dengan ku, aku rela, tapi aku tidak akan pernah rela jika orang yang ku cintai, dipandang hina
oleh orang lain. Disaat itu juga ku mulai berfikir, Apa yang harus ku perbuat
untuk menghentikan ini semua…..
Seharusnya aku menghindar dan menjauh darinya, tapi apa
yang ku perbuat….. aku justru semakin berani untuk mengutarakan rasa sayang ku
padanya, dan dia pun melakukan hal yang sama. Hubungan kami jauh lebih erat
dibandingkan dulu. Sekarang aku dan dia sudah saling percaya bahwa kami memang
benar-benar saling mencintai. Bukan hanya kami yang mengerti dan sadar akan hal
ini, teman-teman kami pun terkadang menilai kalau memang diantara kami masih
ada perasaan cinta yang mendalam. Tidak sedikit teman yang menanyakan tentang
hubungan kami. Mereka selalu bilang dari tingkah laku kami dan dari mata kami
masih terlihat cinta. Dari sinilah ku mulai sadar, kalau ini awal dari masalah
besar. Ku mulai bingung apa yang harus ku lakukan. Akhirnya, ku mulai mengusik
akan hal ini terhadapnya. Kamipun mulai mencari jalan terbaik yang tak
merugikan kami berdua.
“PERPISAHAN”. Ku menyarankan, sebaiknya aku keluar dari
tempat kerja ini, dan dia tetap disni. Tapi dia bilang “gak adil, dulu siapa
yang menyuruh ku tetap bertahan disini..” sekilas ku teringat masa lalu, yaaa….
Memang ku dulu memintanya tuk tetap disni, aku tak menyangka ternyata dia masih
teringat akan hal itu. Dan itu, membuat rasa sayang ku semakin bertambah.
Haaaahhh….. aku jadi tidak yakin bisa meninggalkannya…..
“BERSAMA”. Tetap bekerja disni,
dengan harapan bisa terus sama-sama dan terus berhubungan seperti ini sampai
tua, tanpa memperdulikan apa kata orang atau apa yang difikirkan orang tentang
kami. Kami juga yakin selama kami tidak melakukan hal yang salah, kami tidak
akan mendapatkan masalah. Yaaa….. keputusan inilah yang akan kami jalankan.
Hari-hari kami jalani dengan penuh
rasa cinta. Dan kami membiarkan rasa cinta ini terus mengalir, tanpa kami
sadari kalau rasa cinta itu akan semakin bersemi. Sejenak aku merasa telah
memilikinya, aku ingin selalu bersamanya, dan rasa itu terus berkembang aku
jadi ingin memiliki dia seutuhnya. Karena perasaan ini, terkadang membuat ku
berkhayal seandainya dia berpisah dengan istrinya. Astagfirullah…. Ya ALLAH
maaf aku salah…. Tidak sepantasnya aku berfikir seperti itu, tapi itu tak
terkendali, hal itu benar-benar diluar kesadaran ku. Hal itu selalu saja muncul
didalam fikiran ku. Solah-olah aku siap menunggunya sampai saat itu tiba.
Aku benar-benar mencintainya. Aku
sangat bahagia bisa terus berhubungan dengannya. Terasa seperti ABG yang sedang
dimabuk cinta. Bahagia….. rasanya jika aku bisa terus berada dalam pelukannya.
Tapi itu tak mungkin….. dia sudah mempunyai istri yang mungkin jauh lebih dia
cintai. Dan mungkin suatu saat aku akan dicampakkan olehnya. Hhhaaahhh….
Sudahlah, biarkan apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting sekarang aku
ingin membuat dia bahagia, sama seperti tujuannya ‘INGIN MELIHAT KU BAHAGIA’.
Karena kebahagian ku ini, aku mulai
berharap lagi. Harapan yang seharusnya tidak pernah ada. Karena itu suatu
harapan yang tidak akan pernah terwujud. Aku harus sadar siapa aku, aku tak
boleh berharap lagi… tapi disaat ku ingin menghentikan harapan ku tiba-tiba
saja dia ingin mengutarakan suatu hal, tapi tidak jadi dia utarakan. Dan
anehnya kenapa aku berfikir, kalau dia ingin mengutarakan hal yang sama dengan
apa yang suka ku fikirkan. Ku semakin penasaran apa yang ingin dia katakan.
Tapi dia tak mengatakannya. Aku tak menyerah begitu saja, ku yakin dia
mempunyai pemikiran yang sama. Akupun terus membujuknya. Sampai akhirnya dia mengatakan “ seandainya nanti kamu sudah
menikah. Dan kamu mempunyai kesempatan untuk berpisah, akupun mempunyai
kesempatan untuk berpisah. Mungkin kita bisa bersama”. Sejenak ku terkejut, ku sama sekali tak
menyangka, kalau dia akan memikirkan hal yang sama. Bodohnya aku juga
mengutarakan fikiran ku itu kepadanya. Seharusnya aku tidak melakukan itu.
Karena itu hanya akan membuat kami semakin berharap. Tak mustahil, itu akan
terjadi jika kami terus seperti ini. Karena ku yakin kami tidak akan bisa
menyimpan perasaan ini selamanya. Suatu saat nanti semua akan mengetahuinya.
Ku jadi teringat guru ku di smp.
Disaat ku masih duduk dikelas 2 smp, ada seorang guru yang namanya Yeni, kami selalu memanggilnya
dengan sebutan bu yeni. Dia adalah guru terfavorite di smp kami. dia cantik,
baik, dan juga ramah. Satu hal yang membuat kami tambah menyukai dia, karena
dia mempunyai suami yang sangat tampan
dan mereka terlihat sangat serasi. Tetapi setelah ku duduk di kelas 3 smp, ku
mulai mendengar gossip, kalau bu yeni berhubungan dengan pak Endang. Tak ada satupun
yang percaya tentang itu, karena mustahil bu Yeni yang cantik dan sudah mempunyai
suami yang tampan menyukai pak Endang yang menurut kami biasa-biasa saja. Gossip tinggal
gossip dan waktupun terus berlalu, akupun tak pernah mendengar kabar dari
guru-guru smp ku. Tetapi setelah 7 atau 8 tahun berlalu, aku mendengar berita kalau dia sudah
menikah dengan pak Endang dan ternyata dia sudah mempunyai anak dari pak Endang. Ooohhhh….. jadi
ternyata gossip itu benar adanya…. Tapi apakah kisah ku akan sama seperti
mereka….?? Who knows…..
Aku takut….. hubungan kami semakin
dekat, aku takut….. biar bagaimanapun aku salah, aku melakukan kesalahan.
Mungkin memang benar apa kata teman ku. Aku ini cewek murahan, cewek gampangan
dan cewek yang suka merebut suami orang. Sekilas kata-kata itu membuat ku
sakit, tapi aku terima, karena secara tidak langsung mungkin begitu lah aku.
Tetapi seketika ku teringat orang tua ku, mereka membesarkan ku, mendidik ku,
menyekolahkan ku agar aku bisa menjadi wanita yang baik dalam segala hal, bukan
menjadi wanita murahan yang mengganggu rumah tangga orang lain. Aku tidak bisa
banyangkan, jika mereka mendengar dari mulut orang, bahwa putrinya mengganggu
dan berhubungan dengan pria yang sudah berkeluarga. Ya allah…… aku tidak ingin
mengecewakan orang tua ku…. Tapi mengapa kehidupan ku seperti ini… aku tidak bisa
mencintai lelaki lain. Kenapa harus dia seorang lelaki yang sudah berkeluarga
yang aku cintai. Yaaa….. mungkin memang
benar kata orang, cinta itu memang buta dan tak ada logika. Aku sungguh bahagia
bila berada di dekatnya, meskipun banyak kesedihan yang tidak bisa ku pungkiri
bila bersamanya. Aku berharap aku bisa hidup bersamanya. Tapi itu tidak
mungkin.
Disaat itulah ku mulai berfikir untuk
benar-benar memberikan ending pada kisah ku. Karena mungkin hanya aku yang bisa
memberikan ending di kisah ini.ku harus memutuskan hal yang terbaik untuk ku
dan juga untuknya. ku yakin jika kami terus bersama seperti ini, semuanya tidak
akan pernah berakhir. Bahkan mungkin kami akan terus membuat kesalahan-kesalahan
yang mungkin akan menjadi kesalahan terbesar. Mungkin ini keputusan terbaik, ku
putuskan untuk keluar dari tempat kerja ku tanpa sepengetahuan dia.
Pada awalnya ku ragu untuk memutuskan hal ini.
Ku masih belum yakin kalau ku bisa hidup tanpa dia. Ku masih beranggapan kalau
dia pun benar-benar mencintai ku seperti aku mencintainya. Sampai akhirnya ku
tau bagaimana perasaan dia yang sesungguhnya. Iya…. mungkin memang dia mencintai ku, tapi
dia lebih mencintai istrinya. Yaa…. Itu wajar, karena istrinya adalah wanita
terbaik yang menjadi pilihannya. Ku bisa melihat itu dari sikapnya. Di waktu
kami bersama, dia begitu gelisah saat istrinya memintanya untuk menjemput.
Dilain waktu disaat kami sedang bersama, dia pun melakukan hal yang sama ketika
istrinya memintanya untuk pulang. Meskipun dia tahu bahwa saat itu ku masih
ingin bersamanya. Tapi tetap saja dia memutuskan untuk pulang. Bukti itu sudah
cukup untuk ku, untuk menjalankan semua rencana ku.
Ku bertekad akan menggunakan
hari-hari selanjutnya untuk mencari tempat kerja yang baru. Ku mulai dengan
menyebarkan surat-surat lamaran kerja ku ke banyak perusahaan. Ku sungguh berharap ada
satu tempat kerja yang membutuhkan ku, dan menerima ku bekerja disana. Karena
dengan ini semuanya akan berakhir. Dan karena dengan ini ku akan membuatnya
bahagia, tanpa pernah memikirkan tentang aku lagi.
Disinilah aku akan menguji kehidupan ku
dan akan mendapatkan jalan keluar atau hal yang harus aku lakukan dalam
kehidupan ku bersamanya. Keputusan ku akan bertumpu pada takdir ku ini. Jika allah
menakdirkan aku diterima bekerja, itu artinya aku memang harus berpisah dengan
dia. Tetapi sebaliknya, jika tak ada satupun perusahaan yang menerima ku bekerja,
itu artinya aku memang harus terus menjalankan hubungan ku yang salah ini. Toh,
aku sudah berusaha untuk mengakhiri semuanya dan kembali menjalani kehidupan
tanpa adanya kesalahan ini.
Tapi lagi-lagi ku kecewa dengan kehidupan, aku sama
sekali tak mengerti dengan takdir yang diberikan oleh ALLAH. Aku semakin tak
mengerti dengan kehidupan ini. Kenapa aku justru semakin diberikan kesempatan
untuk menjalani sebuah kesalahan. Bukankah kehidupan menuntut manusia untuk
melakukan hal yang terbaik. Tetapi kenapa tidak dengan ku.....
Akhirnya sampai saat ini aku terus
mencintai dia, dan semakin mencintainya. Begitupun dirinya, dia terus mencintai
ku, meskipun dia jauh lebih mencintai istrinya. Dia tetap bisa membagi sedikit hatinya untuk
ku. Meskipun demikian aku sudah cukup puas. Aku bisa terima keadaan ini, aku
bisa menerima kehidupan yang ditakdirkan ALLAH untuk ku.
Dari sinilah aku belajar tentang
kehidupan dan cinta. Ternyata kehidupan tidak selamanya bisa berpihak kepada
kita. Kehidupan tidak bisa kita prediksi. Dan kehidupan tidak bisa kita pilih. Hanya
ALLAH lah yang berhak atas kehidupan kita. Sementara cinta..... cinta tak
selamanya bisa memiliki. “LOVE IS NOT MINE” ya..... inilah cinta ku...... cinta yang tak kan pernah tau akan dibawa kemana, cinta yang tak kan pernah berakhir sampai kapanpun dan “CINTA
YANG TAK PERNAH BERUJUNG.”

Aku harap, dengan
ku menulis semuanya, aku bisa memohon maaf padamu. Aku tidak bisa mengungkapkan
semuanya secara langsung , hanya inilah cara ku tuk mengakui semuanya. Aku
harap kamu mengerti apa yang ku lakukan, dan memaafkan semua tindakan-tindakan
bodoh ku yang mungkin menyakiti mu.
MAAF……………
Maaf Cuma kata ini yang bisa ku ucapkan.
Maaf karena aku telah hadir di hidup mu.
Maaf karena aku telah menjadi beban mu.
Maaf atas semua yang ku lakukan padamu.
Dan maaf karena aku telah mencintai mu.
9
23-9-12-12 1-12-23-1-25-19 12-15-22-5 25-15-21